Oleh: Aziz Ja’far


Tidak ada profesi yang lebih mulia dibanding orang-orang yang sedang ta’lim wa ta’allum, mendidik dan belajar ilmu. Ada banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang menguatkan akan hal tersebut, diantaranya:
QS. Al-Mujadilah: 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا فَانشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾
Menurut Ibnu Katsir makna:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ (درجة واحدة) وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ (درجات كثيىرة)
Bahkan Ibnu Abbas menyatakan bahwa:
للعلماء درجاتهم فوق المؤمنين بسبعمائة وبين الدرجتين مسيرة خمسمائة عام
Bagi ulama, mereka memiliki derajat yang melebihi derajat orang mukmin yang bandingannya adalah 700 derajat. Kisaran antara derajat satu dengan derajat berikutnya sejauh perjalanan 500 tahun.
Karena memang peranan orang yang berilmu menjadi penting untuk mengawal keberlangsungan sah dan tidaknya ibadah manusia, mengawal konsistensi hati manusia dalam rangka berkomunikasi dengan-Nya, dan mengawal kemaslahatan akhlak manusia.
Sebagian hadits yang menjelaskan keunggulan ahli ilmi:
فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على الكواكب
Keutamaan orang yang berilmu ibarat bulan purnama yang mengalahkan bintang gemintang
يشفع يوم القيمة ثلاثة: الأنبياء والعلماء والشهداء
Yang akan memberi syafaat di hari kiamat nanti ada tiga, yaitu: Para Nabi, para ulama’ dan para orang yang mati syahid
…سياءتى زمان قليل من الفقهاء وكثير خطبأهم وقليل معطوهم وكثير سائلهم وخير منه العلم من العمل
…akan datang sebuah masa yang ditemukannya sedikit sekali dari ulama, namun banyak ditemukan ahli pidato. Sedikit sekali orang berkontribusi namun banyak dari mereka yang menuntut imbalan. Pada masa seperti ini ilmu sangat berharga dan urgen dari pada amal atau perbuatan.
Sebab apa?
وكل من بغير علم يعمل أعمله مردودة لا تقبل
Setiap orang yang beramal (ibadah) tanpa dasar ilmu, maka aktivitasnya tertolak dan tidak diterima
فساد كبير عالم متهاتك واكبر منه جاهل متناسك
(sungguh) Kerusakan besar manakala orang alim yang tidak mau berkontribusi atas ilmunya, namun yang paling besar adalah manakala orang bodoh berperan mengatur urusan agama.
Kendati demikian saudaraku!
Terkesan kemuliaan guru hanya sekadar narasi yang menghibur. Guru dihibur dengan janji-janji surgawi, pahala yang besar, gaji dan tunjangan yang besar. Akan tetapi, secara realitas sejatinya guru adalah profesi yang kerap dijalankan oleh kebanyakan dalam keadaan keterpaksaan. Sebagian mereka berprofesi menjadi guru karena terpaksa tidak ada pekerja lain. Ingat! Menjadi guru di negeri bukan sesuatu yang membanggakan. Rawan intimidasi, kriminalisasi dan mendapatkan cibiran serta pelecehan. Sudah tidak terhitung berapa banyak guru yang harus mendekam di jeruji besi gara-gara niat menertibkan anak didiknya. Bahkan, ada guru yang dipolisikan disebabkan terkesan keras saat menyuruh muridnya melakukan shalat jama’ah.
Guru Supriyani adalah contoh dari sekian kasus yang menimpa guru di negeri yang penduduknya mayoritas muslim ini. Lalu di mana letak kemuliaan Guru? Bahkan, jika ada peserta didik yang melakukan tindakkan salah bukan orang tua yang disalahkan, bukan kawan dan lingkungan yang disalahkan. Tapi, pertanyaannya: Gurunya siapa?
Kenapa demikian? Di antaranya adalah sebagian masyarakat, bahkan pemerintah belum mampu meletakan profesi guru sebagaimana penjelasan dalil-dalil Qur’an dan hadits tersebut. Sepertinya perlu kesadaran kolektif untuk benar-benar menempatkan narasi Guru Adalah Profesi yang Paling Mulia dalam pola pikir masyarakat secara menyeluruh.
Sebenarnya, guru tidaklah minta untuk dihargai, dihormati dan diagung-agungkan. Akan tetapi, berikan ruang dan kesempatan mereka semua untuk bisa mendidik anak-anak bangsa dengan tulus dan ikhlas. Mereka tidak pernah mempersoalkan kecilnya gaji walau tuntutannya secara administrasi seambrek. Mungkin cukup dengan menghargai mereka yang juga harus sepenuh hati. Untuk mewujudkan hal tersebut sangat mudah dan sederhana. Terutama bagi orang tua: titipkan pesan dan bisiki anak-anak Anda saat mau berangkat mencari ilmu: Wahai anakku, berangkatlah cari ilmu, hargai siapa pun yang menjadi gurumu, tetap bersabar sekalipun gurumu agak keras dan galak kepadamu. Ingat! kerasnya gurumu tidak lain agar engkau menjadi anak yang baik dan beradab.
Begitu pulalah pesan Mbah Hasyim Asy’ari kepada para murid sebagaimana dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim:
ان يتصبر على جفوة تصدر من الشيخ
Diantara murid punya adab dan akhlak adalah senantiasa bersabar atas kerasnya sang guru. Karena, sekeras apapun sang guru adalah diniati untuk mendidik agar anak-anak menjadi anak yang baik dan berakhlak mulia. Mbah Hasyim melanjutkan, bahwa kerasnya guru adalah bentuk kasih sayangnya pada peserta didik agar kelak menjadi generasi yang berkarakter dan kesempurnaan dalam spiritual.
Oleh karenanya, sadarlah wahai orang tua, jika orang tua keberatan atas pola mendidik sebagian guru yang keras dan galak, maka lebih baik didik dan ajarilah anakmu sendiri. Mungkinkah?
Selamat Hari Guru. Semoga tetap semangat, sabar dan ikhlas dalam mengamalkan ilmumu, demi generasi bangsa yang mulia dan terhormat kelak.

Selamat Hari Guru, dan Al Fatihah kepada guru yang telah mendahului kita,…


Wallahu a’lam bi al-shawab
Denanyar, Senin, 25 November 2024
Santri PP. Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *