Kondisi fisik sebenarnya sedang kurang prima. Selama dua hari ini badan rasanya kurang nyaman. Bangun tidur berat sekali. Dalam waktu bersamaan sariawan menyerang. Juga batuk ringan.
Berbagai upaya untuk sembuh sudah dilakukan, seperti minum perasan jeruk, madu, dan lainnya. Secara umum sesungguhnya sudah ada perbaikan. Namun belum sepenuhnya pulih. Jika direnungkan tampaknya faktor yang dominan karena kurang waktu untuk istirahat. Aktivitas yang padat merayap pada waktu-waktu terakhir cukup menguras energi dan pikiran.
Hingga Sabtu pagi [23.12.2023] hati masih bimbang untuk menentukan antara berangkat atau tidak. Alarm hape pada pukul 03.15 berbunyi. Saya coba paksa bangun tetapi sangat berat. Tidak ada pilihan. Alarm saya setel beberapa puluh menit lagi agar tubuh lebih segar.
Saat bangun saya paksakan segera mandi agar tubuh segar. Setelah itu shalat subuh dan mengaji beberapa ayat Al-Qur’an. Berharap tubuh lebih segar, saya pun jalan kaki di sekitar rumah. Tidak terlalu lama namun setidaknya tubuh bergerak.
Pukul 06.30 saya memutuskan untuk berangkat ke Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Pertimbangan utamanya adalah “ngalap barakah”. Di pesantren ini saya dulu menuntut ilmu. Ketika ada undangan dan masih memungkinkan, saya usahakan untuk datang meskipun tidak maksimal. Pertimbangan lainnya adalah undangan walimatul urs Ustadz Shofarullah yang mantu dalam waktu bersamaan. Rumah beliau juga berada di lingkungan pesantren. Jadi dua hal dalam satu aktivitas.
Bersyukur ada kawan muda yang bisa menjadi sopir. Jika tidak ada sopir, saya tidak akan berangkat. Kuatir tubuh semakin meriang.

Disrupsi
Saya datang saat acara tahlil sedang berlangsung di Aula MAN 4 Jombang. KH. Ahmad Wazir Ali yang memimpin. Saya segera duduk dan mengikuti acara.
Usai tahlil dilanjutkan dengan sambutan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Prof. Dr. Abdul Halim Iskandar. Dalam sambutan beliau menegaskan pentingnya menata alumni PP Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Potensi besar yang dimiliki alumni harus diberdayakan demi kemanfaatan ilmu dan kemajuan pesantren.
Kiprah alumni penting terus dilakukan sinergi. Komunikasi di antara sekian banyak alumni penting untuk terus dilakukan. Pengurus IKAPPMAM [Ikatan Alumni Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang] diharapkan mengkondisikan alumni dengan segenap potensi yang dimiliki agar semakin berdaya dan memberikan kemanfaatan.
Pada bagian berikutnya, Staf Ahli Menteri Tenaga Kerja dalam sambutan menyampaikan persoalan disrupsi. Disrupsi telah ada, hadir, dan menjadi bagian kehidupan. Setiap elemen masyarakat, termasuk pondok pesantren, diharapkan siap menghadapi disrupsi yang ada.
Secara sederhana ada tiga sebab utama disrupsi. Pertama, teknologi. Perubahan kehidupan cukup drastis. Perubahan ini menghadirkan dua sisi sekaligus, yaitu positif dan negatif. Kedua, pandemi. Bencana besar selama sekitar dua tahun memberikan efek luar biasa terhadap kehidupan. Perubahan demi perubahan menjadi tradisi baru. Ketiga, alih generasi. Sekarang ini ada jurang yang cukup lebar antar generasi. Seolah ada jurang terputus dalam peralihan generasi.
Realitas disrupsi yang semacam itu harus dihadapi secara baik. Langkah yang pertama adalah responsif. Jadi bukan reaktif. Responsif menunjukkan adanya kreativitas dan kemampuan membaca perubahan secara aktif. Kedua, Kreatif-inovatif. Ini merupakan hal sulit tetapi harus dilakukan. Jika tidak, disrupsi akan menggulung kehidupan kita secara personal maupun sosial. Ketiga, kolaborasi. Kerja sendiri tanpa melibatkan orang lain menghadapi tantangan yang semakin berat. Sekarang bukan zamannya kompetisi melainkan kolaborasi. Tujuannya adalah tercapainya tujuan dengan kerja sama dan sama-sama kerja. Keempat, memanfaatkan teknologi. Ini merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari.
Alumni pesantren harus tanggap terhadap disrupsi. Tidak boleh mengeluh tetapi memberikan solusi dan tanggapan kreatif. Inilah cara agar selalu eksis di tengah disrupsi.

Ideologis
KH. Abdussalam Shohib saat memberikan sambutan menyampaikan beberapa hal penting. Pertama, kegiatan Musyarawarah Nasional IKAPPMAM yang sedang berlangsung merupakan waktu yang tepat untuk kembali mengingat perjuangan Mbah Bisri dan Mbah Nyai Nur Khodijah. Langkah-langkah beliau dalam bidang apapun selalu ideologis. Tidak ada yang main-main.
Kiai Salam memberikan bukti. AD ART Yayasan Mamba’ul Ma’arif berbunyi bahwa yang berhak mengelola Yayasan dan Pesantren Mamba’ul Ma’arif harus berakidah Ahlussunnah Waljamaah An-Nahdhiyah. Hal ini menunjukkan bahwa Mbah Kiai Bisri Syansuri itu mendirikan Pondok Pesantren bukan untuk kerajaan atau kebanggaan anak cucu melainkan memang didasari oleh ideologi yang sangat kuat.
Bukti lainnya adalah ketika pertama kali menjadi anggota DPR dan harus pindah ke Jakarta, yang pertama dilakukan oleh Mbah Kiai Bisri adalah mengumpulkan para santri. Pada kesempatan tersebut beliau dawuh bahwa kepergian beliau ke Jakarta itu untuk berjuang bagi pesantren dan akidah. Bukan untuk kejayaan finansial atau kepentingan materi lainnya.
Bukti lainnya terkait pilihan politik. Gambar ka’bah untuk PPP itu dari Mbah Bisri sebagai simbol fusinya Islam dalam satu wadah. Berbagai upaya nego dari pemerintah ditolak secara teguh. Ideologi beliau kokoh, kuat, dan tegas tanpa bisa ditawar.
Kedua, Kiai Salam menyampaikan bahwa banyak alumni yang tidak ngaji langsung kepada para Kiai dan Bu Nyai sekarang ini. Kondisi zaman yang berbeda. Namun demikian Kiai Salam menegaskan bahwa alumni yang gati ke pondok setelah wafatnya para masyayikh itu hal luar biasa. Maknanya, ini merupakan bentuk kesetiaan yang nyata dalam menjaga warisan.
Ketiga, kegiatan pengajian alumni perlu terus dikembangkan ke alumni, walisantri, dan masyarakat. Inilah cara kampanye yang efektif. Sempatkan hadir. Jadikan “hiburan” yang bermanfaat.

Ditulis oleh : Prof. Dr. Ngainun Naim, S.Ag. M.H.I

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *